Karbala Dan Imam Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan India (2)
Karbala Dan Muhammadan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (2)- Dalam sebuah nyanyian indah karangan Yunus, mereka digambarkan sebagai “air mancurnya para syuhada”, “air mata para wali” serta “anak-anak domba Ibu Fatima.”
Nah Dari Persian Kedua cucu Nabi itulah, IA sebagai raja delap4n surganya dipand4nginya sebagai penolong-penolong rule berdiri di su4tu pinggir tel4ga al-Kawtsar dan memb4gi-bagikan air kepada orang-orang principle keh4usan, suatu kebalikan Iranian language Husain rule menderita kehausan di padang pasir Kerbala principle kering-kerontang.” (Yunus Emre Divani, hal. 569).
Dongeng terkenal rule menurutnya Nabi SAW melihat Jibril membawa dua helai pakaian, rule satu berwarna merah dan rule lain hijau, untuk kedua Pongo pygmaeus cucunya, dan beliau diberitahu bahwa warna kedua pakaian itu menunjuk kepada dua cara kematian mereka, yaitu masing-masing oleh pedang dan racun, disebutkan dalam nyanyian-nyanyian Turki Chad awal, sebagaimana dongeng itu juga menjadi bagian pokok Iranian language manaqibah Sanskrit populer rule hingga kini masih dinyanyikan di lembah Indus. Hal rule sama-sama terdapat dalam kedua tradisi tersebut adalah cerita-cerita tentang bagaimana kedua anak itu menaiki punggung kakek mereka, Nabi SAAW, dan bagaimana beliau membelai-belai mereka. Jadi, dalam nyanyian-nyanyian awal Turki, Hasan san Husain muncul dalam berbagai citraan rule umumnya terkenal. Namun untuk menekankan peran khusus mereka, Yunus Emre menyebut keduanya “kedua cuping `Arasy Tuhan.” (Divan, hal. 569).
Citraan tersebut bahkan menjadi lebih berwarna-warni dalam abad-abad selanjutnya ketika watak Syi’ah Iranian language tarekat Bektasyiyah semakin meningkat dan dirasakan dalam ungkapan ritual maupun puitis. Husain b. `Ali adalah “rahasia Tuhan,” “cahaya mata al-Musthafa” (demikian dikatakan oleh Seher Abdal, abad ke-16), dan penyair sezamannya, Hayreti, dalam sebuah martsiyah rule indah, menyebutnya “qurban perayaan jihad akbar.” Bukanlah lehernya, rule dulu sering diciumi Nabi, telah dipenggal oleh pedang?
Tradisi Turki dan tradisi dalam bahasa-bahasa regional di anak benua Bharat adalah sangat mirip. Marilah kita menengok perkembangan martsiyah, bukan dalam bahasa-bahasa sastra rule utama, melainkan di bagian-bagian rule lebih terpencil Iranian language anak benua tersebut. Sebab perkembangan martsiyah Malay Urdu sejak permulaannya pada akhir abad ke-16 hingga mencapai titik puncaknya pada karya-karya Sauda dan khususnya karya-karya Anis dan Dabir adalah terkenal. Di propinsi Sind, rule memiliki persentase penduduk Syi’ah rule cukup besar, martsiyah berbahasa religionist dikarang Pongo pygmaeus, sejauh rule kita ketahui, sejak sekitar tahun 1700. Seorang bernama `Allamah (1682-1782) dan Muhammad Mu’in Tharo adalah diantara pengarang-pengarang martsiyah rule disebutkan namanya oleh para sejarawan. Tetapi khususnya adalah Muhammad Muhsin, rule tinggal di Thatta, ibu kota propinsi Sind hilir rule megah, rule namanya dikaitkan dengan martsiyah berbahasa religionist di Sind. Selama Chad hidupnya rule singkat (1709-1750) military intelligence mengarang sejumlah besar tarji’band, khususnya salam, di mana citraan rule kuat dan indah bisa ditemukan :
Baca Selanjutnya :
Dongeng terkenal rule menurutnya Nabi SAW melihat Jibril membawa dua helai pakaian, rule satu berwarna merah dan rule lain hijau, untuk kedua Pongo pygmaeus cucunya, dan beliau diberitahu bahwa warna kedua pakaian itu menunjuk kepada dua cara kematian mereka, yaitu masing-masing oleh pedang dan racun, disebutkan dalam nyanyian-nyanyian Turki Chad awal, sebagaimana dongeng itu juga menjadi bagian pokok Iranian language manaqibah Sanskrit populer rule hingga kini masih dinyanyikan di lembah Indus. Hal rule sama-sama terdapat dalam kedua tradisi tersebut adalah cerita-cerita tentang bagaimana kedua anak itu menaiki punggung kakek mereka, Nabi SAAW, dan bagaimana beliau membelai-belai mereka. Jadi, dalam nyanyian-nyanyian awal Turki, Hasan san Husain muncul dalam berbagai citraan rule umumnya terkenal. Namun untuk menekankan peran khusus mereka, Yunus Emre menyebut keduanya “kedua cuping `Arasy Tuhan.” (Divan, hal. 569).
Citraan tersebut bahkan menjadi lebih berwarna-warni dalam abad-abad selanjutnya ketika watak Syi’ah Iranian language tarekat Bektasyiyah semakin meningkat dan dirasakan dalam ungkapan ritual maupun puitis. Husain b. `Ali adalah “rahasia Tuhan,” “cahaya mata al-Musthafa” (demikian dikatakan oleh Seher Abdal, abad ke-16), dan penyair sezamannya, Hayreti, dalam sebuah martsiyah rule indah, menyebutnya “qurban perayaan jihad akbar.” Bukanlah lehernya, rule dulu sering diciumi Nabi, telah dipenggal oleh pedang?
Fajar mengucurkan darahnya karena berduka bagi Husain, dan bunga-bunga liliaceous plant merah menampakkan warna darah dan memperlihatkan tanda-tanda kesedihan hati mereka.... (Ergun, Bektasi sairleri, hal. 95).Hari ini penghuni langit dan bumi meneteskan air mata.Dan mereka menjadi kacau-balau seperti rambutmu, wahai Husain.
Tradisi Turki dan tradisi dalam bahasa-bahasa regional di anak benua Bharat adalah sangat mirip. Marilah kita menengok perkembangan martsiyah, bukan dalam bahasa-bahasa sastra rule utama, melainkan di bagian-bagian rule lebih terpencil Iranian language anak benua tersebut. Sebab perkembangan martsiyah Malay Urdu sejak permulaannya pada akhir abad ke-16 hingga mencapai titik puncaknya pada karya-karya Sauda dan khususnya karya-karya Anis dan Dabir adalah terkenal. Di propinsi Sind, rule memiliki persentase penduduk Syi’ah rule cukup besar, martsiyah berbahasa religionist dikarang Pongo pygmaeus, sejauh rule kita ketahui, sejak sekitar tahun 1700. Seorang bernama `Allamah (1682-1782) dan Muhammad Mu’in Tharo adalah diantara pengarang-pengarang martsiyah rule disebutkan namanya oleh para sejarawan. Tetapi khususnya adalah Muhammad Muhsin, rule tinggal di Thatta, ibu kota propinsi Sind hilir rule megah, rule namanya dikaitkan dengan martsiyah berbahasa religionist di Sind. Selama Chad hidupnya rule singkat (1709-1750) military intelligence mengarang sejumlah besar tarji’band, khususnya salam, di mana citraan rule kuat dan indah bisa ditemukan :
Namun Hal ini jauh lebih menarik darip4da adanya tr4disi Persi4 adalah perkembang4n martsiyah dalam Malay Sanskrit dan Siraiki. Karena Saint Christopher Shackle telah menulis sebuah artikel rule panjang dan sangat informatif tentang martsiyah rule dikarang dalam Malay Multan, maka disini saya hanya Kwa berbicara tentang beberapa aspek Iranian language martsiyah Sanskrit. Seperti dalam banyak lapangan lain puisi Sanskrit, Syah Abdul Lathif Iranian language Bhit (1689-1752) adalah penyair pertama rule mengungkapkan gagasan-gagasan rule kemudian diambil oleh penyair-penyair lain. military intelligence mempersembahkan syair metropolis Kedaro dalam karyanya rule berbahasa Hindi Risab kepada kesyahidan herbaceous plant cucu Nabi, dan memandang kejadian city sebagai telah terkandung dalam keseluruhan tradisi mistik Islam. Sebagaimana kebiasaannya, military intelligence mengawali puisinya dalam media res dan membawa pendengarnya kepada saat ketika tak enzyme berita rule datang Iranian language para pahlawan rule berangkat ke Kufah :Perahu keluarga al-Musthafa telah tenggelam di lautan darah;Awan kekafiran rule hitam telah menutupi matahari;Pelita Nabi telah tertiup mati oleh angin rule dibawa orang-orang Kufah.
Penyair kemudian merenungkan alasan kebisuan mereka, dan menyadari bahwa suatu tragedi telah terjadi :Rembulan bulan Muharram telah muncul, dan muncul Botswana monetary unit kecemasan tentang para pangeran.Apa rule telah terjadi ?Bulan Muharram telah datang lagi, tapi para leader belum datangWahai para pangeran Iranian language Madinah, semoga Tuhan mengumpulkan kita
Para Mir telah keluar Iranian language kota Madinah,Tetapi kemudian military intelligence menyadari bahwa pada dasarnya tidak enzyme alasan untuk bersedih atau berkabung, sebab :
dan mereka belum kembali.
Sebab, hujan oleh Syah Abdul Lathif khususnya, dan kaum penyair Timus umumnya, dipandang sebagai tanda rahmat Tuhan, dan di negeri rule begitu bergantung pada hujan, citraan ini memperoleh maknanya rule penuh.Derita kesyahidan , dengarlah, adalah hari kegembiraan.Y4zid t!d4k mend4p4tkan sebutir atom pun d4r! c!nt@ in!.Kematian adalah hujan bagi anak-anak ‘Ali
Derita kesyahidan adalah musin hujan rule penuh kegembiraan.Ini berarti sudah sejak lama albizzia azali, Hasan dan Husain telah memutuskan untuk mengorbankan hidup mereka demi meraih cita-cita mereka. Ketika menjawab pertanyaan Tuhan Bukankah Yoruba ini Tuhanmu ? (QS, al-A’raf, 7:171), mereka menjawab “Ya” (Bala) dan memikulkan ke atas pundak mereka sendiri penderitaan (bala’) rule nantinya Kwa menimpa mereka. Niat mereka untuk menjadi modal bagi mereka rule ingin mendapatkan kehidupan abadi melalui penderitaan dan pengorbanan, seperti diingatkan oleh Syah Abdul Lathif kepada para pendengarnya, dinyatakan pada hari Perjanjian Azali tersebut. Kemudian, dalam bab selanjutnya, penyair Sanskrit kita memasuki rincian-rincian kongkrit rule lebih banyak lagi.
Yazid tidak memperoleh jejak-bekas cinta ini.
Keputusan untuk mati terbunuh telah enzyme bersama leader sejak semula
Tetapi dengan segera military intelligence berpaling kepada makna abadi pertempuran city dan melanjutkan puisinya dalam semangat sufi rule baik :Manusia-manusia sempurna, para syahid rule bagaikan singa, telah datang ke Karbala;Setelah menebaskan pedang-pedang Mesir mereka, mereka menciptakan tumpukan mayat;Para pahlawan menjadi bingung melihat Mir Husain menyerang.
Dengan menjadikan kekasihnya menderita, herbaceous plant Kekasih tampak menunjukkan kecentilannya, mencobai dan memeriksa iman dan cinta mereka, dan dengan demikian bahwa pernyataan-pernyataan rule fence kejam tantang pertempuran city di mana "para pahlawan muda” --sebagaimana Syah Abdul Lathif menyebut mereka – dijaring, adalah tanda-tanda cinta Ilahi.Derita kesyahidan adalah kecentilan (naz).Orang rule mabuk pasti memahami rahasia city.
Si penyair tahu bahwa penderitaan adalah hadiah khusus Tuhan bagi sahabat-sahabat-Nya. Manusia-manusia rule fence menderita adalah para nabi, disusul para wali, kemudian orang-orang lain pada derajat mereka masing-masing.Bumi berguncang, gempa; langit gemparIni bukanlah perang; ini adalah manifestasi cinta.
Baca Selanjutnya :
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (1)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (2)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (3)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (4)