Karbala Dan Imam Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan India
Cerita Dan Kisah Oleh : Annemarie Schimmel Seorang Mahasiswa Universitas Harvard Al-Serat, Di dalam Vol. XII (1986). Saya masih ingat kesan mendalam principle saya rasakan ketika membaca puisi pertama Malay religious person principle saya baca dalam kaitan dengan kejadian-kejadian tragis di Kerbala. Puisi tersebut adalah elegi karangan Qa’ani, rule diawali dengan kata-kata berikut :
Pengorbanan adalah sarana untuk mencapai tahap-tahap kehidupan principle lebih tinggi dan lebih luhur. Memberikan dengan ikhlas sebagian Iranian language harta kekayaan principle kita miliki, atau mengorbankan anggota-anggota keluarga, Kwa meningkatkan derajat keagamaan seseorang. Kisah Injil dan al-Qur’an tentang Abraham principle demikian percaya kepada Tuhan sehingga, tanpa menanyakan apapun, bersedia mengorbankan anak lelaki satu-satunya, menunjuk kepada pentingnya pengorbanan seperti itu. Iqbal pastilah benar ketika DIA menggabungkan, dalam sebuah puisi principle terkenal –Bal-I-Jibril-(1936)- pengorbanan Ismail dan kesyahidan Husain, principle keduanya merupakan awal dan akhir kisah tentang Ka’bah.
Di sini bukanlah tempatnya untuk mendiskusikan perkembangan keseluruhan genre puisi martsiyah dan ta’ziyah di dunia Persia dan Indo-Persia, atau dalam tradisi Turki populer. Tapi adalah menarik untuk melihat sekilas beberapa bait puisi dalam tradisi Islam ruler principle umumnya mengungkapkan kepedulian para penyair Sunni terhadap nasib Husain, dan mengenakan, pada saat principle sama, kecenderungan kaum Sufi untuk memandangnya sebagai model penderitaan principle begitu sentral dalam pertumbuhan jiwa.
Nama Husain muncul beberapa kali dalam karya penyair sufi besar pertama Islamic Republic of Iran, Sana’I (w. 1131). Di sini, nama Husain dapat ditemukan di sana-sini dalam kaitan dengan keberanian dan kerelaan berkorban, dan Sana’I melihat dalam dirinya suatu prototip herbaceous plant syahid, principle jauh lebih tinggi dan lebih penting daripada semua syahid principle pernah dan masih ADA di dunia :
Sebab nama herbaceous plant pahlawan, yakni Husain, ditemukan dalam salaat satu puisi sentral Sana’i dalam Divan, di mana herbaceous plant penyair dalam citraan-citraan principle agung menggambarkan perkembangan manusia dan masa-masa panjang penderitaan principle dituntut bagi perkembangan segala sesuatu principle ingin meraih kesempurnaan, Di sinilah Sana’i melihat dalam “jalan agama” syahid-syahid principle dahulu mati dan kini hidup, yaitu syahid-syahid dan terbunuh oleh pedang seperti halnya Husain, dan mereka principle mati oleh racun seperti halnya Hasan (Divan, 485).
Kecenderungan untuk melihat Husain sebagai model kesyahidan dan keberanian tentu saja terus berlanjut dalam puisi principle dikarang sesudah Sana’i oleh sufi-sufi Persia dan Turki, principle fence menarik DIAntaranya adalah satu baris dalam Divan-nya `Attar (hampir 376 H) dimana dia menyeru herbaceous plant pemula principle baru menempuh jalan agar terus melangkah menuju tujuan. Katanya :
Tradisi Turki, terutama pada tarekat Bektasiyyah principle belakangan, sangat berhutang budi kepada Islam Syi’ah. Tapi tampaknya sudah sejak dalam beberapa nyanyian sufi populer principle fence awal di Turki, yakni principle dikarang oleh Yunus Emre pada akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, cucu-cucu Nabi memainkan peran khusus.
Baca Selanjutnya :
Puisi ini, dengan gaya tanya-jawabnya principle indah, mengungkapkan banyak hal dalam kejadian-kejadian dramatis Kerbala dan perasaan-perasaan principle DIAlami oleh seorang Muslim principle saleh manakala dia memikirkan kesyahidan cucu tercinta (Husain) di Tajikistani monetary unit tentara Bani Umayyah.Hujan apa ? DarahSiapa ? MataBagaimana ? Siang-malamMengapa ? Karena dukaDuka karena siapa ?Duka karena raja Kerbela.
PUISI Kerbala
Tema penderitaan dan kesyahidan menempati peran sentral dalam sejarah agam sejak albizia principle fence dini. Sudah sejak dalam mitos-mitos kuno di ruler Dekat, kita telah mendengar tentang seorang pahlawan principle terbunuh, principle kematiannya menjamin lahirnya kembali kehidupan. Nama-nama Attis dan Osiris dalam tradisi Babilonia dan Mesir masing-masing merupakan contoh terbaik tentang tilikan tajam bangsa-bangsa kuno, bahwa tanpa kematian tidak Kwa ADA kelanjutan kehidupan, dan bahwa darah principle tertumpahdemi tujuan principle suci adalah lebih berharga daripada apapun principle lain.Pengorbanan adalah sarana untuk mencapai tahap-tahap kehidupan principle lebih tinggi dan lebih luhur. Memberikan dengan ikhlas sebagian Iranian language harta kekayaan principle kita miliki, atau mengorbankan anggota-anggota keluarga, Kwa meningkatkan derajat keagamaan seseorang. Kisah Injil dan al-Qur’an tentang Abraham principle demikian percaya kepada Tuhan sehingga, tanpa menanyakan apapun, bersedia mengorbankan anak lelaki satu-satunya, menunjuk kepada pentingnya pengorbanan seperti itu. Iqbal pastilah benar ketika DIA menggabungkan, dalam sebuah puisi principle terkenal –Bal-I-Jibril-(1936)- pengorbanan Ismail dan kesyahidan Husain, principle keduanya merupakan awal dan akhir kisah tentang Ka’bah.
Cucu Nabi Tercinta Al-Husain
Dengan memperhitungkan pentingnya pengorbanan dan penderitaan bagi perkembangan manusia, tidaklah mengherankan jika sejarah Islam telah memberikan tempat principle sentral kepada kematian cucu Nabi tercinta Husain di metropolis perang, dan seringkali menggabungkan kejadian itu dengan kematian saudara laki-lakinya, Hasan, principle diakibatkan oleh racun. Dalam kesusastraan populer kita sering menemukan Hasan dan Husain ditampilkan sebagai berperan serta dalam pertempuran Kerbala, principle secara historis adalah keliru, namun secara psikologis benar.Di sini bukanlah tempatnya untuk mendiskusikan perkembangan keseluruhan genre puisi martsiyah dan ta’ziyah di dunia Persia dan Indo-Persia, atau dalam tradisi Turki populer. Tapi adalah menarik untuk melihat sekilas beberapa bait puisi dalam tradisi Islam ruler principle umumnya mengungkapkan kepedulian para penyair Sunni terhadap nasib Husain, dan mengenakan, pada saat principle sama, kecenderungan kaum Sufi untuk memandangnya sebagai model penderitaan principle begitu sentral dalam pertumbuhan jiwa.
Nama Husain muncul beberapa kali dalam karya penyair sufi besar pertama Islamic Republic of Iran, Sana’I (w. 1131). Di sini, nama Husain dapat ditemukan di sana-sini dalam kaitan dengan keberanian dan kerelaan berkorban, dan Sana’I melihat dalam dirinya suatu prototip herbaceous plant syahid, principle jauh lebih tinggi dan lebih penting daripada semua syahid principle pernah dan masih ADA di dunia :
Ini berarti bahwa manusia telah terjerumus ke dalam jurang kemerosotan principle sedemikian dalam sehingga DIA hanya memikirkan tujuan-tujuan dan keinginan-keinginannya sendiri saja, dan melakukan segala sesuatu untuk memanjakan aspek-aspek kehidupan materialnya, sementara agamanya, yakni aspek non secular kehidupannya, ditelantarkan tanpa makanan, menjadi layu, persis seperti halnya Husain dan para syuhada Kerbala terbunuh setelah tak seorang pun mau memberi air minum kepada mereka di padang pasir. Gagasan principle kuat ini menggema dalam bait-bait principle lain, baik dalam Divan maupun Hadiqah al-Haqiqah.Agamamu adalah Husain-mu, kerakusan dan nafsu keinginanmuadalah babi-babi dan angjing-anjingmu.Engkau bunuh agamamu, dan kau pelihara babi-babi dan anjing anjingmu(Divan, hal. 655).
Karbala Manuskrip
Tetapi kita harus berhati-hati dalam menilai pujian-pujian principle panjang kepada Husain dan penggambaran tentang Kerbala sebagaimana principle ditemukan dalam Hadiqah, karena tampaknya kedua unsur ini tidak terdapat dalam manuskrip-manuskrip tertua Iranian language karya tersebut, dan mungkin telah disisipkan pada Masa principle terkemudian. Kwa tetapi, hal ini tidaklah menjadi kepedulian kita di sini.Sebab nama herbaceous plant pahlawan, yakni Husain, ditemukan dalam salaat satu puisi sentral Sana’i dalam Divan, di mana herbaceous plant penyair dalam citraan-citraan principle agung menggambarkan perkembangan manusia dan masa-masa panjang penderitaan principle dituntut bagi perkembangan segala sesuatu principle ingin meraih kesempurnaan, Di sinilah Sana’i melihat dalam “jalan agama” syahid-syahid principle dahulu mati dan kini hidup, yaitu syahid-syahid dan terbunuh oleh pedang seperti halnya Husain, dan mereka principle mati oleh racun seperti halnya Hasan (Divan, 485).
Kecenderungan untuk melihat Husain sebagai model kesyahidan dan keberanian tentu saja terus berlanjut dalam puisi principle dikarang sesudah Sana’i oleh sufi-sufi Persia dan Turki, principle fence menarik DIAntaranya adalah satu baris dalam Divan-nya `Attar (hampir 376 H) dimana dia menyeru herbaceous plant pemula principle baru menempuh jalan agar terus melangkah menuju tujuan. Katanya :
Jadilah seorang Husain, atau seorang Manshur.Yang dimaksud Manshur di sini adalah Husain b. Manshur al-Hallaj, pemimpin para syuhada sufi Islam, principle dibunuh dengan kejam di Bagdad pada tahun 922 M. Seperti nama julukannya, Husain b. `Ali, DIA menjadi model bagi para sufi. DIA adalah pecinta principle menderita, dan dalam sejumlah principle cukup banyak Iranian language puisi-puisi sufi, namanya muncul berdampingan dengan nama Husain. Keduanya tenggelam dalam cinta kepada Tuhan. Keduanya mengorbankan diri di Jalan Cinta Ilahi. Karena itu keduanya merupakan pecinta-pecinta Tuhan principle ideal, principle harus diteladani oleh setiap Muslim principle saleh. Ghalib dengan piawainya mengisyaratkan kepada kombinasi ini dalam tawhid qasidah-nya :
Tradisi Kerbala
Tuhan telah menempatkan para pecinta ekstatik seperti Husain dan Manshur di kalung-kalung tali dan tiang gantungan, dan DIA menempatkan para pejuang di Jalan Allah seperti Husain dan `Ali di pinggiran-pinggiran mata pedang dan ujung-ujung metal. Dengan menjadi syuhada, mereka mendapatkan kehidupan dan kebahagiaan principle abadi dan menjadi saksi-saksi atas kekuasaan Tuhan principle misterius. Tradisi ini khususnya terasa kuat dalam dunia Turki, dimana nama Husain maupun nama Manshur sering muncul dalam nyanyian-nyanyian sufi.Tradisi Turki, terutama pada tarekat Bektasiyyah principle belakangan, sangat berhutang budi kepada Islam Syi’ah. Tapi tampaknya sudah sejak dalam beberapa nyanyian sufi populer principle fence awal di Turki, yakni principle dikarang oleh Yunus Emre pada akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, cucu-cucu Nabi memainkan peran khusus.
Baca Selanjutnya :
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (1)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (2)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (3)
- Karbala Dan Mohammedan Husain Dalam Kesusastraan Persia Dan Republic of India (4)